Tuesday, 16 September 2014

Cis Polda Jatim : Densus Jangan Umbar Opini soal Teroris Turki



Densus Jangan Umbar Opini soal Teroris TurkiIlustrasi. Densus 88 menggelandang Abu Tholut Cs ke Rutan Mako Brimob di Depok, Jawa Barat (Dok Okezone)Cis Polda Jatim – Direktur The Community of Ideological Islamic Analyst (CIIA), Harits Abu Ulya meminta Densus 88 tidak mendramatisir penangkapan empat warga negara asing asal Turki di Kecamatan Parigi Utara, Kabupaten Parimo, Sulteng. 
Belum tentu mereka merupakan anggota kelompok teroris seperti yang dituduhkan. “Polri tidak perlu umbar opini dan spekulasi, dalami saja kenapa WNA masuk Poso dan pelanggaran apa yang dilakukan oleh WNA tersebut,” tegasnya kepada Okezone di Jakarta, Minggu (14/9/2014).
 
Keempat warga negara Turki tersebut yaitu, A Basyit, A Bozoghlan, A Bayram dan A Zubaidan, dibekuk Densus 88 di Desa Marantale, Kecamatan Siniu, Kabupaten Parigi Moutong pada Sabtu dini hari lantaran kabur menggunakan mobil Avanza saat dihentikan polisi.
 
Sementara tiga WNI yang menjemput mereka dari Makassar yaitu, Saipul Prianta (30), Yudi Candra (28), dan Moh Irfan (21) berhasil disergap saat razia yang dilakukan aparat di depan Mapolres Parigi Moutong.
 
Oleh Mabes Polri Saipul yang berprofesi sebagai guru dituding menyembunyikan buronan kasus teroris, Mukhtar. Melalui Mukhtar inilah diduga para warga asing tersebut akan dibawa ke Poso untuk bergabung dengan kelompok Santoso.
 
Analisa berbeda disampaikan Harits Abu Ulya. Menurut dia argumentasi Densus 88 menduga empat orang asing ini sebagai anggota jaringan teroris terlalu prematur.
 
“Kenapa WNA dikaitkan "teroris" yang mau gabung Santoso Cs, karena salah satu dari 3 orang WNI diindikasikan punya hubungan dengan orang-orang yang di-DPO kan. WNA jalan-jalan ke Tentena, Poso banyak, cuma WNA yang berwajah Arab memang rawan di curigai jika jalan-jalan ke Poso. Semua yang disampaikan oleh pihak polisi masih spekulasi dengan berdasar beberpa indikasi, misal saat ada pencegatan justru mereka menghindar dan lari,” ulasnya.
 
Harits justru curiga ada motif lain dibalik penangkapan empat warga asing bersama tiga WNI di atas. Salah satunya untuk membuat opini seolah-olah jaringan teroris Indonesia sudah terhubunga dengan teroris internasional.
 
“WNA mau gabung Santoso menurut saya itu kurang kerjaan, meraka tidak paham medan jihad. Makanya aneh menurut saya WNA datang dengan kepentingan diwilayah yang mereka tidak paham. Bisa jadi ini pancingan dan jebakan untuk mereka, kepentingannya utnuk membuat cerita lebih serius kelompok teroris lokal terhubung dengan jaringan luar negeri atau global,” ulasnya.
 
Kini keempat terduga teroris asal Turki sudah dibawa ke Jakarta. Mereka akan diperiksa selama 7 x 24 jam. Sementara tiga WNI yang ikut ditangkap karena menjemput mereka masih ditahan di Sulteng.

0 comments:

Post a Comment